Ukuran Font yang Tepat untuk Desain

Blog

Saat desainer grafis mendesain untuk kebutuhan media cetak ataupun digital, salah satu yang diperhatikan adalah ukuran font yang tepat supaya mudah dibaca oleh audiens, yaitu tidak begitu besar ataupun terlalu kecil.

 

Lantas berapakah ukuran font yang tepat untuk diterapkan di dalam desain?

Sebelum dapat menjawab pertanyaan di atas, tentunya perlu banyak informasi tambahan yang perlu didapat untuk menjadi pertimbangan ukuran font yang tepat, yang akan diterapkan di dalam desain.

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah pentingnya kita memahami siapa audiens kita. Di bidang bisnis mana pun, pemahaman tentang auidens adalah yang terpenting. Siapa yang menjadi target utama dari karya kita? Anak-anak, remaja, orang dewasa, kalangan lansia atau untuk orang dengan kebutuhan khusus (disabilitas)? Selanjutnya, media apa yang akan digunakan juga menjadi hal tak kalah penting.

 

Audiens akan sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan pemilihan font dan ukurannya. Ukuran font ini, akan sangat berdampak pada tingkat pengalaman membaca (kecepatan membaca dan keterbacaan). Tentunya, penentuan ukuran font ini dapat kita lakukan setelah kita selesai memilih jenis font terlebih dahulu. Karena setiap font memiliki bentuk huruf yang berbeda-beda, ada yang tingkat kontras guratannya jelas, ada pula yang samar. 

 

Dalam buku Leichte Sprache — Ein Ratgeber (Panduan Bahasa Mudah) yang diterbitkan oleh Bundesministerium für Arbeit und Soziales pada tahun 2014, disarankan bahwa untuk orang dengan kemampuan membaca rendah, sebaiknya menggunakan ukuran font 14 pt atau lebih besar, dengan jenis font Sans Serif seperti Arial, Lucida Sans Unicode, Tahoma, Verdana, atau Century Gothic (p. 52)¹.

 

Namun, rekomendasi di atas berbeda dengan temuan dalam penelitian keterbacaan. Dalam artikel Sabina Sieghart berjudul “The Influence of Fonts on the Reading Performance in Easy-to-Read Texts: A Legibility Study with 145 Participants,” yang diterbitkan di Design Issues pada tahun 2023, Sieghart meneliti lima font yang berbeda, yaitu Arial, Thesis TheSans, TheMix, TheSerif, dan TheAntiquaB². Penelitian tersebut menunjukkan bahwa font Sans Serif, seperti Thesis TheSans, memungkinkan pembacaan yang lebih cepat dibandingkan font Arial yang lebih statis. Thesis TheSans memiliki bentuk yang dinamis sehingga membantu menciptakan “aliran maju” yang menyerupai tulisan tangan, memudahkan proses membaca.

Penelitian ini melibatkan 145 peserta, yang sebagian besar memiliki keterbatasan atau gangguan belajar. Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran font 12–12.5 pt (dengan x-height sekitar 2.25 mm) dianggap cukup besar oleh sebagian besar peserta, termasuk mereka dengan gangguan penglihatan ringan.

Ukuran font tersebut nyaman digunakan pada media cetak, khususnya dalam format A5 (seperti yang diujikan pada penelitian tersebut yaitu menggunakan buklet dalam format A5 dan dicetak pada kertas putih pudar dengan berat kertas seberat 120 gram yang tidak dilapisi, dilipat, dan dijilid dengan staples). 

 

Di atas merupakan informasi standar ukuran font secara umum yang dapat kita terapkan dalam menyampaikan informasi khususnya pada media cetak. Dengan mengetahui informasi di atas, harapannya dalam memilih font untuk sebuah karya, kita para desainer tidak hanya berfokus pada estetis, melainkan juga perlu pertimbangan fungsional dalam menyampaikan informasi dengan jelas dan mudah dipahami. 

1. Leichte Sprache — Ein Ratgeber. Bundesministerium für Arbeit und Soziales, 2014, p. 52.

 

2. Sieghart, Sabina. “The Influence of Fonts on the Reading Performance in Easy-to-Read Texts: A Legibility Study with 145 Participants.” Design Issues, vol. 39, no. 3, 2023, pp. 30–44. doi: https://doi.org/10.1162/desi_a_00724

Share this